Cursor

SpongeBob SquarePants Mr. Krabs

Monday, April 29, 2013

Pelatihan Manajemen Satwa Akuatik (PMSA) 2013

 
           Pada tanggal 27-28 April 2013 lalu, Divisi Satwa Akuatik dan Eksotik Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik (HKSA) FKH IPB mengadakan acara Pelatihan Manajemen Satwa Akuatik yang setiap dua tahun sekali diadakan oleh HKSA sebagai kegiatan di luar perkuliahan dan menjadi wadah bagi mahasiswa FKH IPB untuk menimba ilmu yang tidak bisa didapatkan di perkuliahan reguler. Pada tahun lalu pelatihan manajemen ini disajikan dalam bentuk Pelatihan Manajemen Satwa Eksotik. Sedangkan untuk tahun ini Pelatihan Manajemen Satwa Akuatik sendiri mengusung tema “Manajemen dan Diagnostik Satwa Akuatik. We Learn, We Share, We Love”. Makna dari tema PMSA 2013 ini adalah We Learn, di mana berarti peserta pelatihan belajar ilmu-ilmu kedokteran hewan yang baru dan belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. We Share mengandung makna bahwa setelah peserta mendapatkan ilmu-ilmu baru tersebut, diharapkan mereka juga mampu untuk membaginya kepada teman yang lain maupun orang-orang sekitarnya. Sedangkan We Love memiliki arti setelah acara pelatihan tersebut, peserta diajak untuk lebih mencintai satwa akuatik dan ekosistemnya agar dapat ikut berperan aktif dalam pelestarian satwa-satwa tersebut, terutama satwa-satwa akuatik yang masuk ke dalam kategori dilindungi oleh negara sebagai bagian dari kekayaan biota Indonesia. Ilmu yang didapatkan juga diharapkan dapat bermanfaat dalam bekerja ketika peserta sudah menjadi seorang Dokter Hewan.
            Pada hari pertama, yaitu Sabtu 27 April 2013 pelatihan dimulai dengan kegiatan kuliah, demo, dan praktikum yang diisi oleh pembicara-pembicara yang memang dikenal ahli di bidangnya masing-masing. Pukul 08:00 WIB acara hari pertama dibuka dengan ucapan sambutan ketua pelaksana, Kenda Adhitya Nugraha, kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari ketua Himpro HKSA FKH IPB, Mariska Ramdhianty. Setelah itu, kuliah pertama dimulai dengan pembicara Prof. Dr. drh. Fachriyan H. Pasaribu. Beliau adalah staf pengajar FKH IPB yang juga merupakan pembina Himpro HKSA FKH IPB dan ahli dalam satwa akuatik. Dalam perkuliahan dijelaskan berbagai materi dasar yang berhubungan dengan satwa akuatik, mulai dari morfologi, fisiologi, dan anatomi dari berbagai macam spesies ikan, kura-kura, dan juga kuda laut. Bentuk tubuh, mulut, dan daerah renang setiap spesies ikan berbeda sesuai dengan habitat dan makanannya. Misalnya ikan-ikan yang daerah  renangnya suka berada di dasar kolam ataupun akuarium bentuk tubuhnya cenderung melebar pipih dorsoventral dan memiliki mulut yang berada di kepala bagian bawah, seperti ikan lele dan sejenisnya. Begitu juga halnya dengan ikan-ikan yang berada di tengah dan bawah permukaan juga memiliki kekhasannya masing-masing. Dalam perkuliahan juga dijelaskan anatomi kura-kura dan kuda laut secara sekilas. Pada akhir sesi kuliah pertama diadakan demo pengambilan darah ikan dan kura-kura yang juga dibimbing oleh Prof. Drh . drh. Fachriyan H. Pasaribu.  Kemudian setelahnya, acara dilanjutkan dengan kuliah kedua yang dibawakan oleh drh. Dewi Ratih Agungpriyono, Ph. D dengan materi patologi satwa akuatik. Perkuliahan menyajikan berbagai macam penyakit satwa akuatik (terutama ikan dan udang) yang sering ditemui di lapangan, baik yang bersifat zoonosis maupun non-zoonosis, mulai dari cara diagnosa dengan melihat, meraba, hingga memeriksa secara mikroskopis dari hasil biopsi yang berasal dari ikan yang diduga terjangkit suatu penyakit dengan membuat preparat natif maupun preparat pewarnaan. Pada akhir acara di hari pertama ditutup dengan praktikum bedah nekropsi ikan untuk melihat anatomi interna yang dibimbing langsung oleh drh. Mawar Subangkit.
            Di hari kedua pelatihan, peserta diajak berkunjung ke Dunia Air Tawar dan Taman Reptil di Taman Mini Indonesia Indah untuk melihat secara langsung perilaku ikan dan kura-kura di replika habitatnya. Dengan dijelaskan oleh pakar dari masing-masing tempat, para peserta mendapatkan berbagai macam ilmu yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan dan penanganan penyakit pada satwa akuatik dan reptil, terutama kura-kura. Di Dunia Air Tawar peserta juga dapat belajar tentang cara membudidaya ikan hias dan konsumsi secara biosecurity dan cara perawatan ikan yang sedang sakit dengan mengkarantina dan memberinya biru metilen dan garam di laboratorium karantina Dunia Air Tawar. Di Taman Reptil peserta dapat belajar mengenai cara penanganan dan perawatan kura-kura, buaya, ular, dan komodo dan sempat melihat bagaimana perilaku ular dan buaya ketika diberi pakan. Di akhir acara di hari kedua ditutup dengan berfoto bersama peserta dan pembicara dari Taman Reptil yang menandakan semua rangkaian acara selama dua hari pada Pelatihan Manajemen Satwa Akuatik 2013 telah usai dan tepat pukul 19:00 bus kembali ke Bogor.

Monday, April 22, 2013

Pengalaman Gue dengan Magang Perdana

            Kali ini gue akan nyeritain tentang pengalaman magang liburan pertama gue di bidang profesi yang akan gue jalanin. Selama seminggu kemaren, gue nyoba magang di Animal Clinic Jakarta, Kemang buat nambah-nambahin pengalaman gue di bidang kerumahsakitan. Kenapa gue bilang "di bidang kerumahsakitan"? Itu karena kerja di klinik atau di rumah sakit hewan itu cuma satu dari sekian banyak tempat yang bisa dijadiin lapangan pekerjaan buat seorang dokter hewan. Ini juga berhubungan sama cita-cita sederhana gue pas waktu kecil. Gue kepengen banget kerja make jas putih trus ngegantungin stetoskop dengan tampang cemas berlari di lorong rumah sakit buat cepet-cepet nanganin pasien UGD. Menurut gue hal itu adalah hal keren yang pengen banget gue lakuin suatu saat. Awalnya emang gue bermaksud buat jadi seorang dokter, tapi karena gue lahir dari seorang ibu yang pekerjaannya deket dengan bidang veteriner (tapi bukan dokter hewan), jadi gue udah sok-sok'an mengkerucutkan diri mau jadi dokter hewan aja. Gue masih inget banget tiap kali gue ditanya ama orang waktu kelas 4 SD, "Rifky cita-citanya apa?" atau kalo ada isian yang mengharusnkan nulis cita-cita pasti selalu gue jawab dengan "Dokter Hewan". Emang sih, waktu itu pernah kepikiran buat jadi yang lain. Waktu kelas 6 SD gue sempet mo jadi pelukis terkenal, atau jadi Astronom. Kelas VII SMP sama kelas X SMA mo jadi chef dan koki kepala. Trus, di akhir kelas IX SMP gue kepikiran mo masuk Sekolah Menengah Farmasi. Saat itu gue kepikiran, lebih baik gue masuk SMF trus langsung bisa kerja walau cuma jadi asisten apoteker di rumah sakit daripada harus nyusahin orangtua dengan gue kuliah di Perguruan Tinggi. Tapi justru nyokap ga setuju gue masuk SMF, beliau lebih milih gue buat masuk SMA aja. Oke lah, gue turutin apa kata beliau. Ga kerasa ternyata apa yang pertama kali gue pilihlah yang sekarang ini lagi gue jalanin prosesnya di IPB. Kemudahan-kemudahan yang dikasih selama ini, sujud syukur Alhamdulillah banget diungkapin buat yang ngasih kemudahan-kemudahan dan rezeki itu, Allah SWT. Karena-Nya, gue bisa ada di tempat gue nimba ilmu sekarang ini.
           Oiiii....balik lagi ke topik cerita gue tentang pengalaman perdana magang di Animal Clinic Jakarta, Kemang. Awal pertama perjuangan gue itu di mulai ketika gue disuruh dateng ke klinik buat briefing sama direktur klinik sekaligus dokter hewan kepala di sana. Pas pertama kali dateng gue shock. Ga ngerti apa yang mesti gue lakuin. Hampir lama nungguin beliau ternyata belum dateng-dateng juga. Akhirnya ada satu dokter yang memang ditunjuk buat jadi dokter pembimbing gue selama dokter hewan kepala belum dateng. Tapi gue bingung harus ngapain. Dengan canggung gue masuk ke ruang periksa buat ngeliat apa yang dokter itu lakuin. Akhirnya hari itu diakhiri dengan pulangnya gue buat pertama kali jam 5 sore dari Jakarta. Walau gue SMA di Jakarta, tapi gue ga terbiasa sama daerah Jakarta Selatan, terutama Kemang. Titik rawan kemacetan di Jakarta udah berhasil gue icip hari itu. Belum apa-apa aja gue udah mo terjun ke jurang. Niatnya dikira cuman briefing aja, tapi ternyata salah besar. Cuapeeenya poolll.......
          Banyak hal yang udah gue dapetin selama 6 hari jadi student internship di sana. Mulai dari ngasih makanan buat pasien rawat inap, ngobservasi 3 operasi (OH, pengangkatan tumor mammae, sama operasi entropion) sampe gempor nih kaki berdiri selama 2.5 jam di ruang operasi, ambilin berbagai macem obat buat dokternya yang nama obatnya buat gue mo ngegorok ni leher saking ribetnya gue ngucapin tuh nama, ngeliatin pemasangan infus dan pengambilan darah, sampe ikut ngebantu nge-handling pasien di meja periksa. Pengalaman yang menurut gue seru itu ketika kedatengan pemilik hewan asal Korsel yang sulit banget ngomong bahasa Inggris apalagi bahasa Indonesia. Menurut pengakuan dokter yang kerja di sana, emang kalo klien asal Korsel itu ngeribetin, ngeribetin dalam hal komunikasi. Dan ternyata benerlah, waktu itu kasusnya dia mo pindah ke Kalimantan. Kebijakan di negara kita itu, apabila ada hewan yang berpergian ke luar daerah di luar daerah domisilinya harus ada prosedur karantina dan menyertakan surat kesehatan hewan yang nantinya ditunjukkan pada pihak karantina bandara. Mulailah diperiksa secara keseluruhan. Sampe di mana sang orang Korea itu nanya obat-obatan yang diberikan ke anjingnya. Mungkin untuk obat cacing dokter bisa ngejelasin apa itu cacing, tapi waktu obat pinjal (kutu) diberi ke anjingnya, klien itu nanya, " Itu apa?". "Ini obat buat kutu, nyonya.", kata sang dokter yang nanganin. "Kutu? Apa itu kutu?". "Ehmmm......please wait, Ma'am." "Hhah....this is it. Kutu itu hewan penghisap darah. Kecil. Suka ada di bulu." jelas dokter dengan menyodorkan buku soal ektoparasit. Tapi kayaknya sang klien masih belom puas sama jawaban yang diberikan sama sang Dokter. Tapi untungnya dewi keberuntungan masih menaungi kita semua yang ada di ruang periksa itu. Untungnya dia berenti nanya dan diam. Gila aja kalo sampe dia nanya lagi, mati puyeng ntar yang ada. Mana ga ada yang bisa bahasa Korea pula. Sejak saat itu lah gue jadi makin tertarik buat belajar banyak bahasa, terutama bahasa Jepang, Mandarin, dan Korea, biar memudahkan gue saat kerja nanti. Oh iya, sekedar informasi. Orang-orang di daerah kemang-Jakarta itu kebetulan banyak ekspatriatnya, jadi banyak klien yang berasal dari berbagai negara. Tapi paling ampun dah kalo udah orang Korea mah, Inggris setengah-setengah, Indonesia ga bisa T_____T
           Di luar masalah klien, dari segi pengalaman medis ga kalah banyak yang bisa gue dapetin di sana. Ada satu pengalaman yang menurut gue sedikit nyedihin buat gue pribadi. Di hari keempat gue magang, gue nemuin kasus medis yang infausta. Kasus malang itu dialamin sama anak kucing yang baru berumur lebih kurang 2 minggu akibat tabrak lari. Ironisnya lagi yang bawa itu bukan pemiliknya, tapi mba-mba karyawan swasta yang baik hatinya mo nolong kucing itu. Sayang, 2 kaki belakangnya yang lumpuh ngakibatin dokter mengambil keputusan buat meng-euthanasia anak kucing malang itu dengan alasan, walaupun diamputasi nanti taraf hidupnya di jalanan justru akan makin berkurang dan ga akan mungkin bertahan. Wuaaaaahhhhhhhhhh.......nangis kejer gue ngingetnya. Akhirnya setelah si mba-mba karyawan itu nandatanganin informed concent buat euthanasia, akhirnya langsung dilakuin lah hal itu. Oh iya, bagi yang belum tahu apa itu euthanasia. Euthanasia itu adalah suatu tindakan medis terakhir yang dilakukan pada kasus penyakit yang masuk ke dalam golongan infausta (tidak dapat tertolong dengan tindakan medis apapun) dengan menidurkan pasien buat selama-lamanya agar tenang. Namun euthanasia punya prosedur tersendiri dimana harus tidak boleh menimbulkan rasa sakit dan tersiksa terhadap pasien dan harus dilakukan dengan cepat dan segera. Temen-temen bisa baca lebih lanjut tentang euthanasia di catatan saya di blog ini yang membahas tentang apa itu euthanasia lebih dalam. Bukannya gue ngeliat prosedur buat euthanasia, tapi malah kabur ke toilet klinik buat menyendiri. Tiba-tiba aer mata jatoh aja. Gue di situ justru ngerenungin kalo sebenernya idup itu bener-bener berbatasan tipis ama yang namanya kematian. Gue di situ untuk pertama kalinya benci sama salah satu prosedur tindakan medis, yaitu euthanasia. Menurut gue pribadi, gue ga punya hak buat nyabut nyawa. Gue benci mengatakan hal ini: kalo gue janji ga akan pernah mau ngelakuin euthanasia sama pasien gue kelak. Ga sampe hati buat ngelakuinnya :'(
           Ketemu sama klien kece yang ngebawa pasien yang sakit juga adalah pengalaman tersendiri buat gue. Emang bener apa kata dosen-dosen yang ngajar di kampus, "Kalian itu kerja juga bisa sambil cuci mata loh. Bahkan sangat memungkinkan buat dapet jodoh justru klien kita sendiri yang hewan peliharannya jadi pasein kita". Hhahaa..... :D gue mah ga ambil pusing ama yang begituan dah :p Disyukuin aja kalo emang bener kayak gitu. Itulah sedikit pengalaman gue saat magang liburan semester kemaren. Seru, gokil, nambah pengalaman dan temen baru. Jadi kangen sama dokter dan paramedis di sana yang kadang kelakuannya suka gila parah. Kangen sama colek-colekan tangan si Gembul, kucing di ruang adopsi, dan 2 kucing lain ke rambut gue kalo gue lagi ngebersihin kandang adopsi. Kangen sama Bety, anjing istimewa yang menurut gue patut diacungin jempol karena bisa bertahan di atas kekurangan fisiknya dengan hanya punya 2 kaki yang fungsional, yaitu kaki depannya dan suka sendirian karena ga bisa lari-larian. Wuaaahhhhh.....kangen sama macetnya Semanggi kalo jam berangkat dan pulang kerja. Hhahaaha...... :D Gue sangat menunggu datengnya pengalaman magang lagi di liburan semester 4 ntar :-) Sekalian latian dan icip-icip kalo gue kerja ntar gimana.