Cursor

SpongeBob SquarePants Mr. Krabs

Tuesday, April 24, 2012

Tekanan Batin Mahasiswa

Kedengarannya sih emang bosen ngedenger saya ini yang ngedumel mulu. Apalagi ngedumel soal yang namanya kuliah. Tapi kalo saya boleh ngomong apa yang sebenernya saya rasain sekarang tuh, aduh……………..mungkin agak sedikit berkurang kali ya beban batin saya sekarang ini. Saya mau cerita soal kejadian yang ngebuat saya kecewa belakangan ini dan kejadian itu sekaligus ngejadiin dan ngajarin saya bahwa sebenernya hidup itu mudah lagi.

Abis ujian, ga biasanya saya tuh ngegalau. Kalaupun emang pernah, tapi ga sampe kayak sekarang. Nilai UTS mata kuliah pendidikan pancasila waktu senin kemaren lusa udah diumumin. Ga kayak biasa, hasilnya ga ditempel sama pihak direktorat TPB (kalo di IPB, tahun pertama kita disebutnya sebagai Tingkat Persiapan Bersama. Jadi, belum sepenuhnya kita masuk jurusan kita), tapi langsung diumumin sama dosen mata kuliahnya. Satu-satu nama sesuai NIM disebut. Selama saya nunggu nama saya dipanggil, yang saya pikirin ga karuan. Cuma doa. Eh, pas udah sampe keNIM B04110032 langsung dah hati ini lemesssss banget. Saya cuma dapet 74 dari hasil kerja keras saya selama ini. Yang tambah bikin gondok tuh ya, Cuma kurang 2 poin dari range mutu A. Spontan saya hopeless, mau marah tapi ama siapa. Mau ngamuk, tapi itu ruang kelas umum. Mau nonjokin orang, tapi ga ada alesannya kenapa saya harus nonjok orang. Kecewa banget sama hasilnya. Setelahnya saya cuma bisa mikir, gimana caranya dapetin nilai akhir 76 untuk bisa dapetin tuh mutu keramat yang diidam-idamin sama seluruh mahasiswa di Indonesia. Setelah saya itung-itung ternyata hasilnya cukup menantang buat saya dapetin. Karena UTS hanya diambil 30% nya, jadi di sesi UTS ini saya baru punya poin 22.2%. Penilaiannya kayak gini 30% UTS+30% UAS+40% kolokium. Berarti, saya masih kurang 53.8% lagi buat dapetin nilai akhir 76. Ga mungin dong, kolokium saya dapet bulet 40%, pasti kepotong sekitar 5%-an atau lebih. Saya sekarang ini frustasi ga tau harus gimana. Yang jelas saya harus bisa dapetin nilai 80 di UAS biar poin UAS saya 24%. Kalo itu bisa saya dapetin, itu artinya kolokium saya tinggal berdoa biar bisa nambahin sekitar 29.8% lagi. Atau 32% dari kolokium, dan UAS tinggal nambahin 21.8% aja. Jadi, saya harus dapetin nilai sekitar 70an. Ga terlalu berat buat saya kalo misalnya Cuma 70an.
 
Perasaannya waktu itu =.="
 
Trus, berikutnya hasil UTS sosiologi umum yang ngebuat saya tambah terpuruk di jurang keputusasaan. Saya, sosiologi cuma dapetin nilai 69. Suatu hal di luar kebiasaan untuk mata kuliah yang sifatnya sosial dan analisa saya cuma dapet segitu. Kalo di sosiologi umum, persentase penilaiannya ngikutin kayak gini, 30% UTS+35%UAS+35% praktikum. Dan kalo gitu, di sesi UTS ini saya cuma dapetin poin 20.7%. jauh dari harapan saya. Jauuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhhh banget. Itu berarti namanbahin beban saya di UAS dan praktikumnya. Eia saya belum bilang, mutu A di sosum (singkatan sosiologi umum) itu sekitar 75, tapi asisten praktikum bilang akan disesuaiin sama rataan satu angkatan. Satu-satunya jalan keluar yang bisa diminta sama Allah adalah merendahkan nilai rataan itu agar saya ga terlalu berat mengejar ketinggalan saya di sesi UAS nanti. Atau kalo misalnya standarnya beneran 75, saya mesti dapet 80 di UAS biar saya dapet poin UAS sekitar 28%. Kalo ditambah sama UTS, saya baru dapet 48.7% dan saya harus berjuang di praktikum biar ngasilin poin 26.3% dan itu artinya nilai praktikum saya harus dapet 75 keatas biar dapet nutupin kekurangannya. Tambah stress kan saya jadinya. Tapi, saya percaya, di balik semuanya Allah itu selalu ngasih kejutan pada akhirnya. Dengan doa yang selalu dipanjatkan pastinya bisa kok ngebantu kita buat dapetin apa yang kita mau. Saya masih punya Allah yang selalu menunjukkan keajaibannya di waktu-waktu yang ga terduga dalam hidup. Di sini saya belajar, bahwa untuk menjadi pribadi yang tangguh diharuskan hal-hal yang seperti ini. Semoga apa yang Allah berikan adalah hal yang saya butuhkan. Allah tau, saya UTS memang hanya butuh segitu doang.

Nowwwww……….just smile, don’t cry, and must studying and praying harder. Ok Rifky? You can do it guys :-)

Demam, Baik atau Buruk?

Ketika saya masih berada di semester pertama menjadi mahasiswa Kedokteran Hewan dan mendapatkan pemahaman materi mengenai beberapa anggota kingdom Protista yang bersifat patogen pada mata kuliah Biologi dasar , saya pernah berpikir dengan polosnya, “Lho, kenapa sih kok demam itu harus diturunkan? Bukannya bagus ya? Kan bakteri patogen pada umumnya adalah jenis yang ga akan bertahan pada suhu tinggi karena mereka itu tidak memiliki stuktur membran sel yang berantai karbon panjang dan bercabang, jadi kan mereka bisa dimatikan dengan suhu tinggi ketika demam?”. Namun, karena terlalu takut dan saya tergolong tipe orang yang enggan untuk bertanya dan selalu ingin menyimpulkan sesuatunya sendiri, maka saya mengurungkan niat untuk mengutarakan pertanyaan polos tersebut kepada dosen yang mengajar saya ketika itu. Inilah alasan hipotesa saya pada waktu itu mengapa saya lebih setuju kalau misalnya demam itu dibiarkan saja turun dengan sendirinya dan tidak perlu pasien diberikan obat antipiretik.
Bakteri patogen adalah jenis bakteri yang dapat menyebabkan suatu penyakit kepada inang yang ia tumpangi. Biasanya bakteri jenis ini memiliki stuktur membran yang tidak memiliki rantai karbon bercabang pada fosfolipidnya. Contoh bakteri yang termasuk ke dalam bakteri patogen yang apabila menyerang inangnya menyebabkan penyakit dengan gejala atau symptom demam tinggi (FAO 2008) adalah Leptospira sp. yang merupakan penyebab penyakit zoonosis Leptospirosis pada berbagai hewan dan juga dapat menyerang manusia yang ditularkan melalui air seni dari individu yang terserang penyakit ini atau di masyarakat lebih dikenal penyakit yang berasal dari air seni tikus (Anonim 2008). Bakteri ini akan mati pada suhu 50℃-55℃ (Anonim 2008). Walaupun demam tidak mungkin mencapai suhu setinggi itu, namun setidaknya demam dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut di dalam tubuh.

Namun apa yang saya pikirkan ternyata sangat keliru. Ketika pada semester kedua, dosen Biokimia saya mengingatkan saya tentang satu hal. Saya lupa, bahwa suhu tinggi pada tubuh justru sangat berakibat fatal terhadap homeostatis. Tubuh makhluk hidup sebagian besar dibangun oleh protein. Protein merupakan makromolekul yang memiliki sifat terdenaturasi ketika suhu lingkungan menjadi tinggi melebihi suhu normal dan ini juga yang berlaku untuk protein-protein yang terdapat di dalam tubuh. Enzim adalah salah satu protein di dalam tubuh manusia dan hewan. Enzim juga dapat terdenaturasi akibat adanya pemanasan. Apabila enzim mengalami hal demikian, maka enzim menjadi inaktif untuk dapat mengikat substat akibat terjadinya perubahan bentuk sisi aktifnya. Hal inilah yang menyebabkan individu apabila terkena gejala demam menjadi lesu akibat sulitnya makanan untuk dicerna karena enzim pencerna makanan menjadi inaktif dan akibat yang lebih fatal lagi mungkin dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu, saya jadi berpikir lagi, apabila demam tidak diturunkan dengan memberikan obat jenis antipiretik kepada pasien, seperti paracetamol, maka yang saya lakukan justru akan menyebabkan pasien saya semakin bertambah saja sakitnya atau mungkin malah akan membunuh pasien.

Ini menyadarkan saya bahwa seorang calon dokter hewan hendaknya tidak terburu-buru dalam mengambil sebuah kesimpulan ketika mendiagnosa. Dengan mempertimbangkan berbagai hal merupakan cara terbaik agar didapatkan sebuah kesimpulan yang paripurna dan dihasilkan sebuah pengobatan yang tepat dan cepat. Saya sangat berharap adanya sebuah pengecekan terhadap artikel ini apabila terdapat hal-hal yang belum atau tidak sesuai dengan literatur karena pada dasarnya saya tetap seorang mahasiswa Kedokteran Hewan yang masih perlu bimbingan dalam hal menganalisis suatu aspek klinis.

Terima kasih.


Daftar Pustaka

[Anonim]. 2008. Leptospirosis pada babi. http://www.vet-klinik .com/Peternakan/Leptospirosis-pada-babi.html (16 April 2012).

________. 2008. Leptospirosis. http://www.vet-indo.com/Kasus-Medis/Leptospirosis.html (16 April 2012).

[FAO]. 2008. Manual untuk Paramedis Kesehatan Hewan. Sleman: PT Tiara Wacana Yogya.

Thursday, April 5, 2012

Indahnya Orkestra Kehidupan Sang Pencipta

Anatomi Veteriner I dan Biokimia Umum telah saya lalui selama setengah semester. Walau baru sebentar, saya justru mendapatkan berbagai hal yang membuat saya takjub dengan apa yang telah Allah SWT ciptakan pada tiap makhluknya yang dirancang sangat sesuai dengan fungsinya dalam menjalani kehidupan.

Cerita dimulai dari matakuliah Anatomi yang mengenalkan saya pada tulang dan otot. Begitu hebatnya Sang Pencipta merancang diameter tulang panggul atau Os coxae dari seekor hewan betina. Allah membentuknya seperti sebuah lingkaran hampir sempurna sebagai jalan partus agar ketika fetus atau bayi dilahirkan tidak terlalu sulit ia keluar dari rahim sang induk. Dapat dibayangkan apabila diameter itu berbentuk oval seperti yang dimiliki oleh pejantan, fetus yang dilahirkan akan sulit keluar karena sisi kiri dan kanan jalur partus lebih sempit daripada sisi atas dan bawahnya.

Kemudian Biokimia Umum menyadarkan saya bahwa molekul sekali pun dapat menjadi implementasi kebesaran Sang Pencipta. Air yang merupakan suatu zat biasa ternyata memiliki banyak keunikan yang justru keunikan tersebut sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Allah menjadikan air sebagai penyusun terbesar tubuh makhluk hidup karena berguna sebagai pelarut zat-zat makanan yang kita makan dan juga didasari oleh titik beku dan titik didih yang dimilikinya dapat sesuai dengan lingkungan di mana kita hidup.

Titik beku dan titik didih air yang masing-masing sebesar 0 dan 100 derajat celcius ini memiliki fungsinya tersendiri.

Kita dan hewan mamalia tidak akan pernah kehilangan air akibat penguapan pada suhu standar di mana manusia dan hewan dapat hidup, karena air hanya akan berubah menjadi uap pada suhu 100 derajat dan cairan tubuh kita juga tidak akan mudah membeku karena titik beku yang dimiliki air sangat rendah jika dibandingkan dengan pelarut lainnya. Jika pada saat penciptaan, Allah menggantikan air dengan bahan yang mudah menguap pada suhu lebih rendah daripada 100 derajat dan membeku pada suhu tinggi melebihi 0 derajat, tentunya kita dan hewan tidak akan bisa hidup sebagaimana mestinya.

Baru saja dua ciptaan kehidupan yang saya pelajari namun justru membuat saya tersadar apa sebenarnya makna dari firman-Nya pada Q.S Al Sajdah, 32: 7.

“Dia yang membaguskan segala sesuatu yang Dia ciptakan……”

Maha Besar Allah dengan segala ciptaan-Nya.