Cursor

SpongeBob SquarePants Mr. Krabs

Wednesday, September 12, 2018

Antara Olsztyn, Bogor, dan kesempatan Geissen

Takdir mungkin emang jadi acuan gue buat jalanin hidup. Waktu ternyata ngejawab semuanya. Setelah akhirnya gue yang bisa bekerja di akuarium itu, yang ditolak dari lembaga penelitian di Ancol, dan yang mulai menikmati aktivitas sebagai seorang dokter hewan yang bekerja dengan snelli dan stetoskopnya, Sang Pencipta justru mengabulkan keinginan terpendam gue buat ngejar harapan jadi peneliti dan pengajar di universitas (a.k.a dosen). 2017-2018, tahun yang berat buat karir dan hidup gue. Jatuh bangun udah ngebentuk gue jadi pribadi yang belajar buat nerima semua kenyataan kalau apa yang kita rencanakan itu ga bisa 100% terealisasi semuanya.

2018 menjadi tahun pertama gue berburu beasiswa. Diawali dari semangat buat cari beasiswa lagi setelah tahu seorang teman diterima Ph.D programme dan beasiswa penuh buat lanjut ke Jepang. Memotivasi gue kalau gue juga harus merealisasikan impian buat kembali ke bangku universitas secepatnya, dan harus terpikir buat coba apply ke luar negeri. Ditengah-tengah kesibukan praktek di klinik, gue selalu menyempatkan diri buat buka berbagai macam beasiswa yang biasanya banyak dibuka di bulan-bulan Februari hingga Juni. Awalnya sempat ketemu beasiswa Master Mind Scholarship Fellowship Programme, beasiswa Pemerintah Belgia yang biasanya dibuka di awal tahun tapi ternyata kelewat deadline pendaftarannya waktu itu.

Akhirnya mulai tertarik buat cari beasiswa universitas di Taiwan. Sempat kontak via email dengan pihak universitasnya (waktu itu gue kepikiran ambil Aquaculture - National Taiwan Ocean University (NTOU)), tapi setelah mengirim semua berkas untuk seleksi universitas ga ada jawaban lagi dari sana. Sempat lulus seleksi awal di Fisheries Sciences and Technology Kasetsart University - Thailand (Dengan harapan bisa balik lagi ke Bangkok, main tiap weekend ke Chatuchak Market, ketemu temen lama waktu extern dulu, dan menata kembali memori 3 tahun lalu yang ga bisa ilang ini), tapi ga dilanjutin karena ada seleksi wawancara berkenaan dengan financial planning dan kebentur sama sumber pemberi dana yang belum dikantongin. Alhasil, gue pun ga melanjutkan tahapan seleksi akhir buat dapetin LoA yang semisalnya ada bisa jadi modal di seleksi LPDP. Di waktu yang sama (sekitar bulan Maret 2018), akhirnya coba Ignacy Łukasiewicz Scholarship Programme, beasiswa khusus S2 full dari Pemerintah Polandia di mana rentang pendaftaran mulai 12 Maret 2018 - 11 Mei 2018. Dan coba ambil Microbiology, University of Warmia and Mazury in Olstzyn.

"Rentang waktu yang panjang buat mulai nyiapin berkas untuk daftar online", pikir gue.

Akhirnya selama 2 bulan itu mulai mempersiapkan berkas:
1. Scan passport,
2. Deskripsi rencana tesis yang akan diangkat dengan panjang naskah maksimal 2 halaman A4,
3. Scan ijazah dan transkrip S1 (first-cycle study) dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia,
4. Surat keterangan sehat pemeriksaan fisik dari dokter atau rumah sakit manapun yang penting dalam bahasa Inggris,
5. Scan sertifikat kemampuan bahasa Inggris minimal level B2 (TOEIC, TOEFL-ITP, TOEFL iBT, IELTS, ect.)
6. Dokumen lain (optional), kayak pengalaman kerja atau surat rekomendasi dari profesor,
7. Foto formal

Cuma itu? Ya cuma itu. Ga wajib pakai surat rekomendasi dan kemampuan bahasa Inggris ga harus pakai IELTS atau TOEFL iBT yang amat mahal. Itu yang buat gue semangat karena ga ribet buat ngurus semua dalam waktu 2 bulan ditengah-tengah keterbatasan yang ada. Alhasil, semua selesai di-submit dan di tanggal 14 Juni pun dapat kabar dari sistem online beasiswa tersebut kalau berkas gue lolos untuk tahap pertama dan harus nunggu sampai tanggal 14 Agustus buat pengumuman finalnya.

Di sela-sela mempersiapkan berkas Ignacy Łukasiewicz Scholarship Programme, gue pun dapat kabar dari chat grup angkatan kampus kalau salah satu profesor sedang mencari kandidat mahasiswa doktoral untuk beasiswa PMDSU Batch IV Angkatan Tahun 2018, beasiswa yang tahun 2017 lalu sempat terpikir di otak buat coba ikutan ngelamar tapi urung karena sudah diterima bekerja di akuarium, tempat yang dimau waktu itu.  Akhirnya pun memberanikan diri untuk kontak dengan profesor yang dimaksud, dan ga sangka ternyata jalannya sangat mulus hingga pada akhirnya.........

Minggu, 29 Juli 2018
Disaat lagi bengong nunggu pasien di tengah hari bolong sendirian ga ada partner jaga. Dikagetkan dengan telepon dari profesor dan mendapatkan kabar kalo berkas yang udah dikirim akan diteruskan ke Kemristekdikti untuk diproses dan diajukan lebih lanjut. Bagai petir di siang bolong ternyata kabar itu berhasil buat air mata ga malu keluar dari sarangnya. Tanpa berpikir panjang, akhirnya pun meng-iya-kan untuk bersedia jalanin beasiswa itu.

Di saat udah mantap sama hasil beasiswa PMDSU, ternyata Alloh Maha Baik memberikan lagi satu berita baik.

Selasa, 14 Agustus 2018
Satu hari sebelum kabar Surat Keputusan (SK) resmi PMDSU muncul dan sangat dinantikan ternyata dapat kabar bahagia kalau berkas beasiswa Ignacy Łukasiewicz Scholarship Programme yang dikirim beberapa bulan yang lalu juga masuk pertimbangan untuk mendapatkan rekomendasi pembiayaan.

Suatu kebahagiaan sekaligus setelah badai menerpa selama beberapa bulan kemarin. Namun, entah kenapa langkahnya seperti mantap buat milih PMDSU walaupun sempat lihat dan dengar cerita dari kakak kelas yang jadi awardee PMDSU tentang perlunya banyak bersabar dengan beasiswa ini dan mengharuskan untuk meninggalkan impian pergi ke Olsztyn. Atas pertimbangan orangtua pun, yang tadinya ga ngizinin sama sekali untuk kuliah lagi, tapi setelah mereka lihat form pendaftaran beasiswa PMDSU justru sangat mendukung dan ingin anaknya lanjut sekolahnya di dalam negeri aja. Suatu kondisi yang entah bagaimana caranya membuat perasaan ini campur aduk.

Biarpun Olsztyn, Warsawa, atau kota lain di Polandia belum berjodoh dengan gue buat bisa ketemu dan saling lihat saat ini, namun gue percaya di akhir tahun pendidikan PMDSU ini bisa juga punya kesempatan ngunjungin Geissen sebagai jodoh pelengkapnya Bogor.

So, apapun impian kamu, apapun recana kamu. Silahkan dibangun sebagus-bagusnya, namun jangan pernah lupain kalau semuanya akan dibalikkan lagi pada takdir yang udah Alloh tentukan buat hidup kamu.

Seperti halnya impian untuk mengunjungi Bangkok waktu 2015 lalu dan ternyata dikabulkan. Mimpi yang satu ini juga harus dipupuk dari awal:

"Menjadi Doktor sebelum umur 30 tahun hanya dalam waktu 4 tahun, dibimbing oleh Profesor handal di bidangnya, berkesempatan menjadi seorang calon dosen dan peneliti, serta berkesempatan untuk kembali menginjakkan kaki ke tanah asing."

Keep your dreams and make it real with the big effort

Semoga langkah yang dipilih ini benar dan diridhoi. Semoga dimudahkan semuanya. Aamiin.
.
.
.
.
.
Rifky Rizkiantino - Awardee Beasiswa PMDSU Batch IV Angkatan Tahun 2018 Kemristekdikti