Seperti yang telah kita
ketahui, resistensi antibiotika adalah fenomena di mana bakteri dapat resisten
terhadap antibiotika tertentu. Keadaan ini dapat terjadi karena dua hal, yang
pertama adalah karena bakteri yang resisten mengonjugasikan materi genetik yang
secara alami memang mengkodekan kemampuan untuk kebal terhadap suatu
antibiotika atau dengan cara yang kedua, yaitu terjadinya mutasi genetik pada
suatu bakteri. Resistensi antibiotika ini adalah suatu kondisi yang sangat
megkhawatirkan bagi kehidupan manusia maupun hewan karena dapat berakibat
menimbulkan penyakit-penyakit baru yang pengobatannya sulit untuk diatasi.
Penyebaran potensi resisten pada bakteri ini juga sangatlah cepat dan mudah
karena bakteri hanya membutuhkan suatu proses reproduksi yang sederhana berupa
konjugasi atau pertukaran materi genetik yang dapat berlangsung hanya dalam
hitungan menit saja. Maka dari itu, sangatlah penting bagi para stakeholder yang memusatkan ilmu dalam bidang
kesehatan untuk mengkaji lebih dalam mengenai kondisi resistensi antibiotika
ini.
Berdasarkan hasil penelitian, kunci dari cara kerja sebuah antibiotika
sebenarnya ada pada cincin beta-laktam yang terdapat di dalam antibiotik tersebut. Cincin beta-laktam adalah suatu ikatan kimia
yang terdiri dari empat atom karbon dengan gugus -NH dan atom oksigen di kedua
atom karbonnya yang dapat dikategorikan sebagai senyawa aromatik karena
memiliki ikatan karbon tertutup. Cincin ini bekerja melawan bakteri dengan
mekanisme inhibisi sintesis dinding sel bakteri. Pembentukkan dinding sel bakteri
berupa peptidoglikan dapat dikatalis dengan bantuan enzim transpeptidase
yang terdapat pada sitoplasma sel
bakteri. Cincin beta-laktam inilah yang menghambat pembentukkan dinding sel
bakteri dan mengakibatkan dinding sel
yang terbentuk tidak sempurna sehingga sifatnya menjadi lemah dan rentan untuk
dapat ditembus oleh air. Karena sudah tidak memiliki dinding sel yang kuat,
maka melalui peristiwa osmosis air dapat mudah masuk ke dalam sel dan
mengakibatkan sel bakteri tersebut lisis kemudian mati. Pada kondisi resistensi
antibiotika, bakteri yang resisten dapat menanggulangi keberadaan cincin
beta-laktam dengan memproduksi enzim beta-laktamase, suatu enzim dari golongan
ligase yang dapat memutuskan ikatan C-N di dalam cincin tersebut, sehingga
mengakibatkan bentuk cincin berubah dan tidak mampu berperan kembali sebagai
inhibitor dalam proses sintesis dinding sel bakteri. Oleh karena itu, pemusatan
studi kesehatan dan penelitian dalam hal ini hendaknya terletak pada bagaimana enzim
beta-laktamase tersebut juga dapat terinhibisi sehingga cincin beta-laktam
tetap utuh dan dapat berperan dalam menginhibisi enzim transpeptidase yang berperan dalam mengkatalis
proses sintesis dinding sel.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antibiotika dengan
mengkombinasikan senyawa inhibitor enzim beta-laktamase sangat signifikan dalam
mencegah degradasi cincin beta-laktam tersebut. Terdapat beberapa senyawa
inhibitor yang terbukti ampuh untuk digunakan bersama-sama dengan antibiotika,
di antaranya adalah senyawa asam klavulanat yang dapat dikombinasikan
penggunaannya dengan antibiotika jenis amoxyllin dari golongan penisilin atau
produknya biasa disebut sebagai antibiotika augmentin. Oleh karena itu,
seharusnya terdapat berbagai penelitian yang lebih mengenai senyawa-senyawa
alternatif apa saja yang dapat digunakan sebagai inhibitor dari enzim beta-laktamase.
Karena yang menjadi akar permasalahan adalah mekanisme kerja enzim
beta-laktamase sel bakteri yang dapat memutuskan ikatan C-N yang ada pada
cincin beta-laktam, pengaplikasian faktor perusak enzim lainnya pun juga
memungkinkan untuk dapat diteliti dan dikembangkan lebih lanjut. Enzim termasuk
ke dalam golongan makromolekul protein dan yang telah kita ketahui protein
dapat mengalami denaturasi. Denaturasi adalah perubahan struktur pada enzim
yang menyebabkan enzim tersebut tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya karena
sudah tidak bisa mengikat substrat atau senyawa target degradasinya. Denaturasi
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya: temperatur yang tinggi, alkohol,
pH asam atau basa, detergen, dan agen pereduksi. Berbagai faktor denaturasi ini
mungkin dapat diaplikasikan untuk membantu mencegah enzim beta-laktamase
bekerja merusak cincin beta-laktam yang ada pada antibiotika. Salah satu faktor
denaturasi yang mungkin dapat dicoba pengaplikasiannya dalam memproduksi suatu
antibiotika adalah pH yang dapat disesuaikan tingkat keasamannya agar dapat
mendenaturasikan enzim pendegradasi cincin beta-laktam tersebut. Tentunya
keadaan ini perlu dikaji lebih mendalam karena tidak semua hal yang terlihat
memiliki potensi untuk dikembangkan konsepnya dalam sebuah penelitian dapat
benar-benar diterapkan dan dikembangkan keberadaannya lebih mendalam dan
berkelanjutan. Maka dari itu, hendaknya minat para profesi kesehatan maupun
mahasiswa kesehatan dalam melakukan penelitian harus digali agar mampu
menghasilkan berbagai macam produk yang dapat digunakan dalam menangani kondisi
global berupa resistensi antibiotika seperti sekarang ini.
Dalam penggunaan antibiotika di tengah-tengah masyarakat, peran
edukasi dapat dilakukan oleh para profesi kesehatan. Profesi kesehatan dapat
membantu masyarakat dalam mengajarkan bagaimana seharusnya antibiotika itu
dipakai. Antibiotika hendaknya dihabiskan walaupun tubuh merasa sudah baik
karena hal ini dapat mencegah tertinggalnya bakteri yang memiliki potensi
resisten untuk mentransferkan kemampuannya itu kepada bakteri lain sehingga
penyebaran bakteri tersebut lebih sulit dihentikan. Dokter, dokter hewan, maupun
profesi kesehatan lainnya hendaknya juga mampu mengendalikan penggunaan
antibiotika terhadap pasiennya, seperti dengan bijak menuliskan antibiotika di
dalam resep obat yang harus pasien minum hanya untuk penyakit-penyakit yang
memang “sangat” membutuhkan antibiotika sebagai cara untuk menghambat koloni
bakteri patogen berkembang lebih jauh lagi jumlahnya di dalam tubuh. Dengan
demikian, peran serta seluruh komponen profesi dalam bidang kesehatan sangat
dibutuhkan dalam menjawab tantangan kesehatan yang bersifat mendunia ini,
seperti melakukan penelitian yang mendalam mengenai antibiotika dan penggunaan
antibiotika yang bijak oleh dokter dan
dokter hewan kepada pasiennya juga diperlukan agar hal-hal seperti ini tidak
berkembang lebih lanjut kedepannya karena dampaknya pasti sangat merugikan bagi
umat manusia. Kehidupan merupakan suatu misteri tersendiri yang diciptakan oleh
Yang Maha Kuasa untuk dipecahkan oleh kita, manusia, sebagai makhluk pemikir
dan memiliki moral agar keseimbangan hidup dan eksistensi manusia dapat
dipertahankan keberadaannya di dunia.
No comments:
Post a Comment