“Kau tidak akan pernah bisa menghitung nikmat
yang telah Tuhanmu beri kepadamu selama ini.”
Itulah makna yang saya dapatkan dari Al-Qur’an
dan beberapa hadist yang pernah saya baca. Allah Yang Maha Pemurah juga
menekankan kembali pada surat cinta-Nya yang ditujukan pada seluruh ciptaan-Nya,
termasuk kepada saya, “Maka, nikmat Tuhanmu yang mana lagi kah yang engkau
dustakan?”
Betapa bodohnya diri ini ketika meminta sesuatu
setelah apa yang diminta sebelumnya telah dikabulkan oleh-Nya. Seharusnya saya
malu, malu karena banyak meminta namun tak banyak melakukan kebaikan dan sangat
jarang melakukan penghambaan yang sempurna terhadap-Nya.
Padahal, yang Ia minta adalah apa-apa yang dapat
membuat saya menjadi seorang makhluk yang terhormat ketika di alam kekekalan
kelak.
Diri ini terlalu sibuk terhadap dunia,
sampai-sampai sangat jarang saya merenggangkan waktu terhadap urusan akhirat.
Menjadi yang terbaik, ingin dipandang baik oleh orang lain, memperbaharui diri
terhadap pergaulan fana, serta sifat kufur terhadap nikmat merupakan efek
samping dari apa yang saya pikirkan mengenai dunia.
Dahi ini terkadang malas untuk tersujud rendah
dihadapan-Nya, tangan ini terkadang berat untuk menampung air wudhu, kaki ini
terkadang lemas untuk menjawab panggilan-Nya, mulut ini sering melukai perasaan
manusia lain dengan keangkuhannya, serta mata dan telinga ini masih sering
melihat dan mendengar apa yang bukan menjadi amanahnya.
Namun, apakah tubuh dan otak ini sadar akan semua
itu?
Allah itu Maha Baik terhadap kehidupanmu. Ia
menganugrahkan orangtua yang sepantasnya kau bahagiakan, Ia mengabulkan segala
permintaanmu yang terdahulu, Ia memberikanmu fisik yang sempurna tanpa suatu
kekurangan. Terlebih lagi, Ia telah meniupkan ruh dan menciptakan kehidupan
untukmu di dunia.
Lalu, apa yang membuatmu merasa selalu tidak
sempurna dalam segala hal? Tidak ada alasan untuk kau mempertanyakan keadaan
yang menurutmu buruk kepada-Nya.
Andai saja pada waktu itu, ruh yang Ia tiupkan ke
dalam jasadmu tidak jadi Ia tiupkan, atau ketika
dalam perjalanan kembali ke
kampus mu malaikat maut-Nya mengikutimu dan mengambil kenikmatan hidupmu yang
selama ini kau sia-siakan……apa yang akan kau pertanggungjawabkan dihadapan-Nya
kelak? Apakah kau sudah mampu ketika malaikat dalam kubur mengintrogasi mu
dengan pertanyaan-pertanyaan “siapakah tuhanmu?” “siapakah pria yang diutus oleh
tuhanmu kepadamu?” Apakah kau mampu menjawabnya?
Pikirkan itu sejenak, Rifky.
Pikirkan.
No comments:
Post a Comment