Senin,
19 Januari 2015
Hari
kerja pun tiba. Dari jam 8 pagi kita bertiga udah menyusuri tepi jalan kota
Bangkok nan bersih. Banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya.
Mulai dari roti, daging asap, makanan semacam gorengan, sampai bunga-bunga yang
digunain buat beribadah umat Buddha di Thailand. Sebuah pemandangan yang bakal
tiap hari gue temui selama 7 hari ke depan dan gue harus beradaptasi dengan
semuanya, terutama tulisan keriting khas Thailand itu. Ada satu hal yang juga
membuat gue sedikit bertanya-tanya. Di sepanjang jalan gue melihat sebuah foto
seseorang yang kayaknya penting banget. Hal itu bisa gue simpulkan karena ada
banyak banget foto orang tersebut di jalan-jalan atau di depan halaman gedung
perkantoran dan fasilitas umum lainnya di kota Bangkok. Gue langsung bertanya
siapakah beliau sebenarnya.
Sekitar 15 menit kita akhirnya
sampai di gedung rumah sakit gak jauh dari aparteman kita. Kita cuma bisa
bilang WOW. Gedung rumah sakit hewan dengan 10 lantai itu terlihat seperti sebuah
gedung rumah sakit manusia dan gak percaya kalau itu adalah RSH. Tapi ternyata,
setelah gue masuk ke lobi rumah sakit. Makhluk berambut berkaki 4 ditemani Sang
Empunya pun menunggu nomor antrian di lobi utama. Ramainya ruang tunggu dan
setiap unit di RSH itu membuat gue tercengang. Melihat banyak anjing yang lagi
diinfus dan tertidur di ranjang dorong itu rasanya kasian banget. Gak tega
kalau anjing dan kucing imut yang biasanya lari-larian main dan berisik
tiba-tiba harus berbaring lemah gak ada daya karena sakit. Kayak ngelihat
pasien manusia di rumah sakit umum. Diantar staf rumah sakit kita pun menuju
lantai 3, di mana unit hewan eksotik berada. Kita naik ke lantai 3 menggunakan
lift. Iya, sebuah lift layaknya rumah sakit manusia. Awesome. Mungkin cuma kata itu yang bisa mendeskripsikan kondisi di
dalam rumah sakit hewan tersebut.
Pada
akhirnya gue dan Kenda ditempatkan selama 3 hari di unit hewan eksotik dan
Intan ditempatkan di unit bedah di lantai 2 rumah sakit. Setelah itu, kami
secara bergantian switch jadwal
setelah waktu kita habis di masing-masing unit kerja. Hari pertama ikut bekerja
dan berdiskusi dengan dokter hewan di unit tersebut semakin membuat gue takjub
terhadap negara tetangga kita ini. Baru sehari bekerja, gue dan Kenda menemukan
apa yang selama ini kita ekspektasikan. Gue dan Kenda berpikir, mana mungkin
ada pasien ikan yang dibawa ke RSH kalau sakit. Tapi ternyata....belum lama gue
berpikir gitu, ada satu pasien ikan mas koki yang dibawa sama pemiliknya
menggunakan ember berisi air dan ditambah selang oksigen dari pihak rumah
sakit. Wow, sampai segitunya kah?
Belum
lagi gue selesai bilang wow sambil koprol, dokter hewan yang lagi nanganin
pasien ikan itu menganjurkan dan memberi form rujukan ke unit diagnosa
pencitraan radiografi buat ambil radiograf ikan itu. WHAT....?? Kalau saat itu
gak ada orang dan urat malu gue udah putus, mungkin gue gak cuma bilang wow
tapi juga goyang dumang bareng Kenda di ruang periksa unit hewan eksotik saat
itu juga saking terkesannya terhadap fasilitas dan infrastruktur di RSH ini.
Gue pun juga dapat mengambil kesimpulan bahwa orang-orang Thailand selain
kreatif dalam membuat nama dan nama panggilan, tapi mereka juga sangat total
dalam memelihara dan menjaga hewan peliharaannya. Apapun itu, gue sangat
terkesan dengan kondisi masyarakat di sana. Bukan karena biaya pengobatan yang
harus Sang klien bayar hanya demi ikan mas koki yang dirontgen, tapi karena
loyalitas mereka terhadap hewan piara dari spesies apapun itu. Belum lama gue
berada di negara ini, lagi-lagi gue sudah dibuat takjub dalam berbagai aspek
kehidupan mereka.
Waktu
istirahat pun tiba, sekitar jam 12 siang tepat gue diperbolehkan buat makan
siang dan beristirahat. Saat jam makan siang pun Salwa, staf dari universitas,
ngasih tahu kita soal tempat makan halal di kantin dekat rumah sakit. Betapa
beruntungnya kami, ternyata gak jauh dari rumah sakit kita bisa nemuin tempat
makan yang jual makanan halal juga. Tepat jam 1 siang gue dan Kenda kembali
lagi ke unit hewan eksotik, disiplin waktu pun gue rasain juga di sini.
Benar-benar jam 1 teng pasien
diperiksa kembali. Hingga jam 4 sore aktivitas nerima pasien di unit ini pun
selesai dan kita berdua harus kembali lagi esok harinya. The great day that I ever had, cuma itu yang bisa gue ungkapin di
hari pertama magang ini.
Waktu
malam pun gue coba-coba nyalain tivi yang tersedia di kamar apartemen. Bukan
gue namanya kalau gak penasaran sama sesuatu. Tivi pun gue nyalakan. Kemudian,
jeng-jeng....acara berbahasa Thailand pun menyambut gue dengan gembiranya.
Acaranya semacam berita sepanjang hari yang disajikan dalam sebuah acara berita
malam sama seperti di Indonesia. Beberapa menit gue tahan-tahanin buat nonton
itu acara, tapi ternyata gue hanya bisa bertahan kurang dari 7 menit. Akhirnya
gue ganti itu acara ke stasiun tivi lain dan gue menemukan pemandangan yang
tiap malam juga gue bisa temui di acara-acara malam di Indonesia, yaitu
sinetron berbahasa Thailand. Entah kenapa gue seakan terpukau dengan itu acara.
Biasanya kalau di Indonesia gue paling malas kalau harus nonton sinetron, tapi
gak tahu kenapa di sini gue begitu tertarik. Sebenarnya gue gak ngerti apa-apa,
tapi ternyata gue memecahkan rekor. Gue bertahan nonton itu sinetron sampai 2
jam dan gak ada yang bisa gue tangkap dari itu acara. Gue cuma tahu kalau
pemeran utama ceweknya masuk rumah sakit dan gak tahu penyebabnya. Kayaknya
alur ceritanya sama kayak sinetron Indonesia dan menonton tivi menjadi hiburan
gue di sana walaupun gue gak ngerti apa yang orang-orang di tivi itu omongin.
No comments:
Post a Comment